Satu Jam Lagi Ya Dek, Tunggu Aku

Posted by

Aku baru datang ke rumah dari pertemuan bisnis saat hapeku berbunyi. Tertulis nama seorang lelaki yang aku kenal. Tapi tidak biasanya lelaki itu telepon. Dia lalu tiba-tiba saja bertanya di telepon itu apa aku sudah punya calon suami atau belum, tanpa basa basi sedikitpun. Bertanya begitu saja dengan polosnya seperti lancang. Dia memang tahu aku perempuan yang pernah punya pacar, begitu istilahku tapi tidak dengan dirinya yang menjaga 'kesucian' dirinya dengan tidak berpacaran. Dia juga tahu aku pernah mengharap dia sebagai suamiku, tapi itu sudah lama sekali, dan aku ternyata tidak sendirian disana, ada beberapa yang lain yang ternyata menginginkan dia mempersuntingnya hingga aku mundur dan menjaga jarak dengannya.

"Maaf, maksudnya apa mas?" tanyaku padanya atas pertanyaannya barusan.

"Kalau adek tidak punya pacar, boleh gak mas datang ke rumah sama orang tua mas untuk ketemu sama orang tua adek? Mas mau melamar adek jadi istri mas." Begitu jawabnya.

"Hah?" Aku melongo mendengarnya. Terus terang terkejut dan hatiku menjadi berbunga-bunga mendengarnya.

"Loh, kok hah? Ini serius dek. Kalau bisa satu jam dari sekarang. Ini mas lagi istirahat di masjid dekat jalan tol sama orang tua mas. Kira-kira sampai rumah adek satu jam lah."

"Maaf mas, setahu adek bukankah mas rencananya akan menikah sama mbak yang itu?" Tanyaku sambil membayangkan salah satu wajah rivalku dalam jatuh hati kepadanya yang jauh lebih cantik, putih, tinggi, pintar, bergelar bangsawan dan dari kaum sangat berada dibanding aku.

"Mas sudah ditolak sama keluarganya, dek. So pertanyaan pentingnya adalah apakah adek bersedia menerima mas?"

"Kenapa harus hari ini, mas? Apa tidak terlalu mendadak? Adek tidak punya persiapan apapun."

"Dek, pertanyaan mas adalah apa kau bersedia jadi calon istri mas atau bagaimana?" Desak lelaki itu bersikeukeh dengan pertanyaannya. Aku membuncah.

"Dengan mengucap bismillah, insyaAllah adek mau, mas." Jawabku sambil hati ini bergetaran..

"Alhamdulillah kalau begitu. Kira-kira 50 menit lagi mas dan orang tua ke rumahmu ya. Gak usah bingung soal suguhan makanan. Apa adanya saja. Gak ada juga gak apa-apa.

Abah sama Umiku tadi bilang setelah mas ditolak meski dengan halus, nak, jodoh itu punya kekuatan untuk menarik dan menjaga. Kalau di keluarga perempuan yang tadi kami melihat dirimu diabaikan mereka, di kediaman keluarga perempuan lain kamu dinantikan. Ajak kami kesana, nak. Hari ini juga, sebab esok belum tentu kami bisa melihat matahari bersinar. jangan sia-siakan kesempatanmu. Allah bersama kita! Begitu cerita singkatnya dek. Kamu bersedia kan?"

"Ya mas. Hati-hati di jalan. Sampai ketemu." Pesanku sebelum dia menutup teleponnya.

Lalu aku meraupkan kedua tanganku ke wajah. Mimpi apa aku semalam bisa mengalami peristiwa dahsyat ini dimana seorang lelaki yang aku ingin dia menjadi suamiku, akan datang beberapa waktu lagi ke rumah dan bermaksud melamarku. Tanganku gemetaran sambil menangis bersyukur pada Allah.

Lalu adikku yang baru pulang dari kampus muncul dan heran melihat aku menangis sendirian.

"Kenapa, mbak?" Tanyanya keheranan.

"Enggak apa-apa. Cuma bahagia saja. Oh ya, bapak sama emak kemana?" Tanyaku.

"Loh, kan lagi di pasar jualan undur-undur sama nasi uduk. Mbak ni gimana sih, kok kayak nge hang aja pikirannya!" Jawab adikku. Aku tersenyum lalu merangkulnya, mencium kepalanya hingga dia meronta ingin melepaskan diri, "Paan sih! Mbak jadi tambah aneh aja! Lepaskan! lepaskan akuuuu!"

sumber: www.facebook.com/irfandive/posts/4083613942277
~ Irfan Hidayat 07082012 - @sebab hidup adalah cinta


Blog, Updated at: Jumat, September 07, 2012

0 comments:

Posting Komentar

Komentar Anda mencerminkan pribadi Anda..