Mas, Akuh Makin Cinta Samah Kamuh

Posted by

Kakiku berguncang-guncang. Mimpiku membuyar. Suara istriku membisik di telinga dekat mataku yang melelap. Dia mencoba membangunkanku dari lelapku.

"Mas ayo, anterin aku sekarang. Ini emergency!" Kata istriku.

Dengan masih terpejam aku menjawab," Ini jam berapa sayang?"

"Baru jam dua."

"Jam dua pagi? Shubuh masih jauh, sayang."

"Bukan shubuh, aku mau jemput seseorang. Dia butuh pertolongan kita, mas. Kita jemput dia. Dia sendirian, lagi hamil tua dan terusir dari keluarganya di terminal blok M. Ayo mas, kita memburu waktu.."

"Kunci mobil di tempat biasa, sayang. Pakai saja..."

"Ah mas ngeledek! Aku kan gag bisa nyetir. Ntar kalau malah ada apa-apa sama aku," Jawabnya sambil mencubit pinggangku.

Auww!

"Okeh okeh..." Jawabku sambil membuka mata. Dan tampak seorang bidadari di depanku yang memelas meminta pertolonganku. Perempuan ini bukan perempuan biasa, dan aku sudah menyadarinya sejak lama. Kepeduliannya pada orang-orang yang mengalami kesulitan hidup dan penghargaannya pada kehidupan begitu luar biasanya sudah banyak teruji. Dan entah kekuatan apa yang membuatku nekad melamar dirinya kala itu. Dan aku tidak merasa menyesal meski godaan perempuan-perempuan lain tidak putus-putusnya. Maksud saya godaan untuk berpaling ke yang lainnya.

Aku bangkit dari pembaringan. Kepalaku yang masih berat lalu kuisi dengan sugesti seolah aku adalah pendamping seorang dokter wanita yang harus siap memenuhi panggilan tugas kemanusiaan kapanpun.

Huaaaaah!

Jadi semangat. Lalu aku tersenyum melihat bidadariku yang sudah siap jalan sejak tadi. Lalu kudekatkan wajahku ke wajahnya tapi saat semakin dekat, jari telunjuknya muncul lalu melintang di bibirku. Persis menempel disana.

"Eit! Cuci muka dulu dan gosok gigi dulu, baru boleh kissing. Itu DP buat tugas kita pagi ini." Kata bidadariku.

Hfh!
Nurut deh, nurut daripada gag dikasih. Nasib nasib..

Aku bangkit, ke kamar mandi lalu mengambil DP itu dan berangkat menembus malam nan larut bersama istriku menuju terminal transit bis terbesar di Jakarta nan raya.

Sesekali aku melihat arah perempuan istimewa di sampingku. Tapi dia tidak menoleh kepadaku. Pandangannya lurus ke depan. Tapi saat tangan kiriku mengganti gigi persneling, tangan kanannya menyelimutinya sambil berkata tapi berasa indah sekali di telingaku, "Mas, akuh makin cintah samah kamuh!"

Aku cuma menjawab singkat padanya,"Halah!


Cerpen by:
Irfan Hidayat - 12082012 - @sebab hidup adalah cinta


Blog, Updated at: Jumat, September 07, 2012

0 comments:

Posting Komentar

Komentar Anda mencerminkan pribadi Anda..